7 Tips Meminimalisir Digital Subscription!

Sore hari yang terasa indah, mendadak jadi dingin dan mencekam. Mata saya terpana, menatap layar smartphone saya dengan ekspresi tak percaya. Sebabnya adalah tagihan kartu kredit yang tiba tiba membumbung tinggi, disaat saya merasa tak melakukan pembelian barang apa-apa.

“Buset, 500 rebu? Ini buat bayar apaan aja?”

Mendadak saya berubah menjadi sherlock holmes, mencari-cari dan menyelidiki asal muasal penyebab kenapa tiba-tiba tagihan saya jadi sebanyak ini. Karena jujur saja, dari sejak awal punya kartu kredit, saya itu nggak pernah latah buat belanja ini itu, apalagi sampe ngutang sesuka hati.

Saya itu cuma pake kartu kredit kalo bener-bener kepepet dan… untuk bayar-bayar layanan digital.

Ah, iyaa! baru keingetan. Ketemu sudah lah ini jawabannya. Setelah memeriksa mutasi dan informasi tagihan masuk dengan seksama, akhirnya saya tersadar kalau beberapa waktu yang lalu pernah ujicoba sebuah aplikasi premium di smartphone, dan lupa mematikan perpanjangan otomatisnya.

Asyem! Mau gak mau akhirnya saya mesti bayar pulak lah itu tagihannya.

Padahal, kalau boleh jujur. Saya sendiri nggak butuh-butuh amat aplikasi itu. Dan selama masa free trial, saya cuma pake aplikasinya barang sekali dua kali.

Tapi yaaa, kurang lebih begitulah gambaran betapa berbahayanya skema subscription. Salah satu skema pemasaran yang saya sangat benci, tapi sekarang malah diadopsi oleh hampir semua layanan digital.

Kenapa Subscription Begitu Populer?

Seperti kita ketahui, para pengembang layanan maupun software yang biasa kita gunakan itu tentu bukanlah sebuah yayasan. Mereka semua adalah sebuah perusahaan rintisan yang punya kantor resmi dan deretan karyawan, sehingga tentu saja membutuhkan cashflow untuk menjaga keberlanjutannya.

Dulu, untuk mendapatkan pemasukan itu biasanya para pengembang software menggunakan skema jual beli lisensi. Jadi kita sebagai customer hanya perlu membayar sebanyak satu kali (one time purchase), dan software itu sudah sepenuhnya milik kita.

Sayangnya, semakin kesini skema seperti ini makin banyak ditinggalkan.

Harga lisensi windows 11, 3 juta per lisensi.

Wajar, sebenarnya. Karena sistem seperti ini cukup memberatkan kedua belah pihak. Dari sisi konsumen, akan terasa berat untuk mengeluarkan biaya hingga jutaan rupiah untuk membeli sebuah lisensi aplikasi. Sementara dari sisi pengembang, model satu kali pembelian ini juga membuat arus kas jadi nggak menentu. Karena untuk bertahan, mereka harus terus cari pelanggan baru.

Maka dari itulah, akhirnya pelan-pelan skema berlangganan atau subscription pun makin banyak diadopsi. Apalagi sekarang sudah didukung oleh internet yang makin cepat, dan teknologi pembayaran yang makin luas.

Play Store dan sejawatnya kini tak mesti pakai kartu kredit atau Paypal dalam bertransaksi, melainkan sudah bisa pakai berbagai dompet digital. Sebut saja Gopay, Shopeepay, dan masih banyak lagi. Inilah yang membuat skema subscription makin banyak diminati pengembang.

Beberapa keuntungan skema subscription yang bisa dirasakan oleh pengembang, diantaranya adalah :

1. Hilangnya Hambatan Awal.

Layanan yang menggunakan skema subcription biasanya menerapkan harga yang secara sepintas terlihat jauh lebih murah, sehingga lebih mudah untuk menarik minat pelanggan.

Ambil contoh Microsoft Office, yang dulu harga lisensinya bisa mencapai 1 sampai 2 jutaan. Sekarang, kita bisa subcribe dengan harga mulai dari 160 ribuan aja per bulan. Tentu harga ratusan ribu ini akan lebih menarik di mata pelanggan, ketimbang beli lisensi yang harganya mencapai jutaan.

2. Pendapatan Lebih Stabil.

Skema subcription akan menciptakan arus kas berulang yang jelas setiap periode bulanan atau tahunan. Sehingga membuat perusahaan jadi lebih mudah memproyeksikan pendapatan dan recana bisnis jangka panjang.

Lain halnya dengan lisensi konvensional yang sistemnya jual beli putus. Dimana hal itu berarti perusahaan harus terus menerus mencari pelanggan baru dari waktu ke waktu.

3. Lebih Mudah untuk Update & Inovasi

Dengan sistem ini, para pengembang bisa lebih leluasa untuk melakukan pembaruan seperti penambahan fitur, perubahan User Experience dan berbagai hal tanpa perlu merilis major update.

Contoh simpelnya, coba ambil kasus Microsoft Office lagi. Dulu Office itu ada berbagai versi major, seperti Office 2003, Office 2010, Office 2019, dan masih banyak lagi.

Sekarang? Penyebutannya udah stuck di Microsoft Office 365, udah itu aja. Update memang tetap ada, tapi secara progress-nya jadi lebih santai dan bertahap sesuai keinginan developernya saja. Mereka bebas untuk menambahkan dan mengurangi fitur semau mereka, tanpa harus membuat sebuah major update.

Berbagai Kerugian Dari Skema Subscription

Meskipun skema seperti ini terdengar seperti sebuah win-win solution, tapi sebenarnya dari sisi kita sebagai konsumen itu banyak sekali mendapatkan kerugian. Beberapa hal ‘menyeramkan’ yang perlu kita notice diantaranya :

1. Jebakan Biaya Murah

Skema subscription ini seringkali menampilkan harga yang terlihat murah, apalagi kalau disajikan dalam opsi pembayaran bulanan. Tapi sebenarnya, kalau dihitung-hitung secara keseluruhan.. Kita malah rugi dan keluar uang lebih banyak dibandingkan beli lisensi putus.

Contohnya : Jika kita langganan Netflix Rp. 54.000,- per bulan. Kedengarannya kecil, tapi kalau dikali 12 bulan itu total pengeluaran kita sudah hampir Rp. 700.000,- sendiri.

Langganan Capcut sebulan Rp. 100.000,- , itu kedengerannya kecil. Tapi kalo dua tahun, itu kita udah keluar uang Rp. 2.400.000,-

Segitu aja sebenarnya sudah lumayan. Nah, ditambah lagi..

2. Akumulasi Tak Terduga

Seiring dengan gaya hidup zaman sekarang yang makin serba digital, seringkali kita akan menggunakan berbagai layanan dan aplikasi yang berbeda-beda. Misalnya untuk hiburan, kita perlu langganan Netflix. Kalau mau nonton sepak bola, mesti langganan Vidio. Mau ngedit-ngedit, kita langganan Canva dan Capcut.

Kalau kita nggak aware, tagihan-tagihan layanan tersebut akan terakumulasi dan menjadi sebuah beban pengeluaran yang raksasa. Coba aja hitung, misalkan kita langganan Office, Capcut, Canva, dan Netflix.. Itu kita bisa ngeluarin uang sampe 500 ribu sendiri buat bayar langgananannya.

Dengan pengeluaran yang sama, kita udah bisa nyicil motor lho itu!

3. Nggak Ada Hak Kepemilikan

Saya sebenarnya paling anti sama yang namanya nyicil-nyicil kendaraan. Tapi at least, kalau kita nyicil kendaraan.. itu pada akhirnya kendaraan tersebut akan sepenuhnya menjadi milik kita. Sementara kalau subscribe? Walah, jangan harap.

Dalam skema subscription, sejatinya kita itu ibarat cuma sewa aja. Gak ada tuh yang namanya kepemilikan lisensi atau aplikasi. Makanya kalau sewaktu-waktu kita nggak bisa bayar, maka saat itu kita akan kehilangan semua akses ke layanan yang selama ini kita bisa gunakan.

Nggak peduli kalian udah langganan setahun, dua tahun atau sepuluh tahun sekalipun. Pokoknya kalian gak bisa bayar, yaudah.. bye!

4. Nggak Semua Fitur Akan Terpakai

Diantara semua layanan dan software yang kita pakai, belum tentu juga semuanya kita akan pakai secara rutin. Kita langganan Netflix, belum tentu bakal nontonin film tiap hari. Langganan Capcut juga belum tentu kita bakal ngedit video tiap hari. Tapi di akhir bulan, mau dipake atau nggak dipake ya kita mesti tetap bayar.

Ini juga sih alasannya kenapa saya berhenti langganan Freepik. Karena meskipun di freepik saya bisa nemuin berbagai resource keren untuk bahan desain, tapi pada kenyataannya gak semuanya bakal kepake. Malahan, akhir-akhir ini saya malah lebih sering pake ilustrasi gratisan dari Pexels dan ChatGPT.

5. Harga yang Terus Naik

Layanan berbasis suscription juga cenderung bakal naik terus menerus dari tahun ke tahun. Yang tentunya ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti iklim ekonomi, investasi, serta kurs tukar yang terus berubah.

Apalagi untuk mata uang negeri konoha yang melemah terus. Jadinya ya secara tagihan mungkin kita gak ada kenaikan, tapi pas bayar pake rupiah ya berasa juga dah tu kenaikan tagihannya. huehehehe

7 Tips Ampuh Meminimalisir Digital Expense

Meskipun agak sulit untuk kita hindari, karena yaa balik lagi.. sekarang gaya hidup orang-orang itu sudah banyak yang berbasis digital. Tapi sebenarnya kita sebagai konsumen pun punya hak agar tidak terkekang dalam skema ini.

Berikut ini saya lampirkan 7 cara untuk meminimalisir Digital Subscription, yang mana sudah saya runut dari yang paling mudah hingga yang paling powerful. Silahkan dibaca selengkapnya ya, semoga bisa jadi pencerahan!

1. Memilah Aplikasi yang Benar-Benar Diperlukan

Cara paling mudah yang pertama, adalah dengan mengevaluasi kembali semua layanan dan software yang kita gunakan. Diantara list subscription yang kita bayarkan tiap bulan, coba crosscheck kembali :

  • Apakah kita benar-benar butuh layanan itu, atau hanya perlu sesekali saja?
  • Apakah ada dua layanan yang punya value yang mirip atau serupa? (Seperti Netflix, Disney+, Prime dan Vidio)
  • Apakah total biaya yang kita keluarkan per bulan masih make sense? Atau sepertinya masih bisa di-press lagi?

Dengan melakukan evaluasi seperti ini, kita bisa merenungkan kembali layanan apa saja yang sebenarnya kita benar-benar butuhkan. Sebisa mungkin kita subscribe karena perlu, bukan karena nafsu.

Apalagi kalau sampai dobel-dobel subscription seperti Netflix dan Disney+, yang sebenarnya belum tentu juga kita kita bakalan nonton semuanya ya kan?

Bahkan kalaupun benar kita butuh, tapi dihitung-hitung lagi rasio dibandingkan pendapatan kita lumayan terasa.. Maka ya mau nggak mau kita mesti pertimbangkan untuk berhenti berlangganan juga. Jangan sampe malah besar pasak daripada gaji.. eh, tiang.

Penasaran Lanjutannya? πŸ€•

Mohon maaf, tulisan ini terkunci dari pembaca umum. Jika ingin membaca keseluruhan artikel, kamu harus mendapatkan kode akses.

Adapun kode akses bisa didapatkan dengan cara :

πŸ›’ Membeli kode akses DISINI, atau..

πŸ“² Share tulisan ini ke IG Story. Lalu tag dan DM ke @fajarwalker (Gratis)

Fajarwalker

A Man with frugal style living. Sering dikira pelit, padahal cuma males keluar duit.

Post navigation

18 Comments

  • Baca ini aku kayak tertampar. LGS inget2 ada subs apa aja πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚. Utk apk nonton aja ada NF, prime dan loklok. Ini udh mendingan, sebelumnya ada viu , vidio dan Disney 🀣. Kayak mataku ada banyak aja. Akhirnya unsubscribe 3, Krn toh di loklok ada. Kalo loklok ada semua, ngapain subs NF? Krn film2 Malaysia dan Indonesia ga ada di Loklok πŸ˜‚.

    Tapi bener mas, subs ini kalo diitung2 nah bengkak sbnrnya. Ini Krn perbulan aja JD ga berasa.

    Tinggal apk edit foto nih. Aku pake Lightroom, PicsArt, dan SCRL. Masalahnya yg aku butuhin di PicsArt , ga ada di scrl dan Lightroom. Makanya 3 ini blm bisa aku pisah. Padahal lumayan mahal , trutama SCRL.

    Lagi coba cari solusi supaya bisa ngurangin banyak subs yg ga penting πŸ˜”. Dulu sempet langganan face Yoga. 500rb per tahun. Tapi pas udh hapal caranya, aku LGS unsub πŸ˜„

    • Nah, bener mbak. Aku sekarang cuma langganan Vidio aja. Sisa-sisa waktu itu subscribe paket buat liga champion setahun, sampe maret 2025.
      Gak minat subscribe layanan lain karena menurutku ya podo-podo wae. Gapapalah koleksi di vidio gak lengkap, yang penting bisa nonton dan ngisi waktu.

  • Naaah aku pun kdg pakai yg free trial juga mas. Tp kalo memang ternyata sesuai, aku perpanjang malah πŸ˜‚πŸ˜‚. Walau ada juga yg ga.

    Itu yg Seakun.id JD penasaran. Sistem sharing yaa. Coba deh ntr aku cek juga. Soalnya ada kan yg pakai sharing2 banyak di blokir akhirnya. Makanya aku LBH suka pakai sendiri atau bareng kluarga serumah kayak NF.

    • Aku juga baru mau coba sih yang seakun, hahaha.
      Tapi at least dia lebih baik daripada source di IG dan twitter yang gak jelas itu. heuheu
      Aku udah pernah coba, dan hasilnya bener-bener gak sesuai ekspektasi. Gak rekomen banget.

  • Nah, nah.. beneran sih ya Skema Subscription ini lumayan merugikan hahaha. Walaupun aku emang butuh Canva dan capcut tapi ya itu kalau di hitung pengeluaran tahunan lebih mahal ketimbang bayar hosting serta domain lho bayangkan πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚.

    Sungguh pengeluaran yang lumayan. Makanya Netflix dkk aku tahan-tahan langganan, kalau pas ada promoan dan misal ada film menarik barulah ku coba langganan, sebulan dua bulan cukuplah. Selebihnya nggak dulu deh, berasa bengkak juga pengeluaran digital ini kalau di ikuti maunya.

    Btw Seakun itu wajib dicoba sih. Lumayan menekan pengeluaran dan bisa digunakan normal juga, tentulah ini lebih menguntungkan. Next kalau langganan ku habis mau ku coba deh.

  • Aku juga masih langganan Capcut mbak. Tapi itu juga sementara aja si, soalnya yaa emang berasa kalo setaun subscribe begituan. Kalah malah pengeluaran buat hosting dan kawan-kawannya.
    Jadi sekarang sedikit-sedikit mulai pindah ke alternatif lain kayak KdenLive atau Shotcut buat ngedit video.

    • Iya banget lagi, kalau langganan capcut dan Canva tahunan lumayan banget lebih mehong dari Hosting dan domain hiks 😭. Untungnya ada artikel ini membantu kasih solusi jitu πŸ‘.

  • Serius aku baca ini baru ngeh kalau subscribtion itu bisa jadi jebakan batman mas.
    Secara aku pernah subscribe adobe sign dulu (tapi udah nggak langganan lagi), tapi udah nggak lagi sejak beberapa bulan lalu. Saldonya nggak cukup. Hue-hue-hue..

    Tapi kalau dipikir kembali ya jadi bingung, kenapa kok pake subscribe dulu kalau pemakaian juga jarang-jarang.

    Sekarang jadi lebih milih mana yang worth it, buat di subscribe atau nggak. Tapi jujur aku baru tahu kalau biaya subscribe itu bisa naik lho dari harga sebelumnya.. πŸ™

  • Duh iya banget lagi. Skema Subscription harus hati-hati banget kalau kita mau menggunakannya dan jangan sampai kebablasan sampai lupa bayar langganan gini.

    Aku menghindari banget sih yg free trial. Soalnya takut tergoda untuk akses lebih lanjut yang sebenernya aku nggak nutuh-butuh amat. Aku juga pernah pake langganan tapi berasa punya hutang tiap bulan, wkwk.

    Jadinya beneran harus selektif banget ya untuk memilih aplikasi yang memang kita butuhkan termasuk perencanaan keuangannya. Sehingga nggak jadi beban finansial, dan kita pun enjoy menggunakannya meski berbayar.

    Aku pun nggak masalah kalau lagi dengerin Spotify lagu galau tiba-tiba ada iklan shopee atau tengah malem ada iklan horror, haha. Toh nggak tiap hari dengerin juga. Banyak yang masih bisa dinikmati meski gratisan. Dan aku tim gratisan, haha.

  • Subscription dari sisi pemilik bisnis pasti menguntungkan. Namun dari sisi pengguna bikin males juga karena kan main potong aja dana yang ada sebagai biaya langganan. Di sini pinterΒ²nya kita sebagai pengguna, kalo memang masih butuh bisa lanjut. Semisal nggak, ya harus langsung di cut aja

  • Aku pengguna cc juga, dalihnya buat yg urgen2 aja. Eh tiap ada promo malah make juga 😭😭😭😭. Enak bgt pula subscribe Netflix, Canva dan kayaknya banyak dah lagi wkwkwkwkw. Hemat jd kyk wacana tiap bulan 😌

  • Aplikasi free trial ini yang seringkali lupa unsubscribe, tau tau ada tagihan yang terbayar hahahaha.

    subcribe meski murah tapi kalau macamnya banyak ya jadi mahal juga biaya tiap bulannya.
    Sekarang subcribe capcut, karena memang butuh dan mempermudah pekerjaan. Meski capcut setahun cukup mahal tapi masih masuk akal bila dipertimbangakan kemudahan kemudahan yang didapatkan.

  • pernah langganan aplikasi dan lupa mau matiin langganannya, alhasil gopay kepotong, awalnya lupa kepotong karena apa, terus aku cek. Asstagahh kayak sia-sia naruh duit di gopay waktu itu, belum aku tarik hhahaha

    teruss langganan aplikasi aja, aku mikirnya lama banget, kayak netflix yang nggak tiap hari aku tonton, terus dulu langganan wetv, kalau ada drama yang ngebet pengen aku maratonin, mungkin baru langganan.

    sekarang langganan drive email aja rasanya kayak berat gitu hhaha, padahal butuh juga, tapi aku cuekin dlu sementara

  • Aku pakai subscribe drive aja, yang lain ga pakai karena ga rutin pakai, meskipun ada tawaran diskon yang menggiurkan nggak deh, jatuhnya boros dan ga rutin dipakai. Beda kalau layanan simpan data, karena memang saya butuh untuk simpan data

  • Aku sengaja sii.. subcribe-nya ga nyambung ke CC, hihhi.. selain emang pernah kepukul banget sama biaya bulanannya, berasa uda kapok aja gituu..
    Jadi subcribe-nya pake e-wallet. Yang kalo gak ada isinya, yaudaa papaayy~

    Kemarin subcribe Vidio, karena ngerasa pingin banyak nonton series Indonesia.
    Tapiii.. lama-lama bosen juga.. hahaha, waktu kemarin emang lagi gila-gila Dikta aku maah..

    Uda balik ke drakor lagii dan subcribe yaa… itu itu aja sii.. yang utama NF, Disney, VIU ama loklok.

  • kalo aku pribadi, memang ga hobi subscribe apapun, Jar
    Mau itu capcut, apalagi app nonton, dah males banget dah.
    mata eikeh juga ga kuat nongton pilem kelamaaan πŸ™‚

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *